Mengajarkan Sosialisasi Pada Anak

Mengajarkan Sosialisasi Pada Anak

Selayaknya kita mengajarkan anak bersosialisasi sejak usia dini. Hal ini untuk mencegah si anak tidak bisa bergaul dengan lingkungan sekitar atau istilah kerennya kuper alias kurang pergaulan.

Pada umumnya, seorang anak sudah dapat berkomunikasi dengan lingkungan sejak lahir ke dunia. Lewat tangisan, si kecil mengatakan keinginannya seperti: lapar, kesakitan, ketakutan, atau ada perasaan tidak nyaman lainnya.

Di sinilah peran orangtua mengajarkan sosialisasi. Jika orangtua mengembangkan lingkungan yang menarik dan merangsang, maka anak dapat belajar dari lingkungannya.

Menstimulasi anak usia 3 bulan bisa dimulai dengan memeluk dan menimangnya dengan penuh kasih sayang. Ajak si kecil tersenyum, bicara, serta perdengarkan suara mengaji dan adzan.

Menginjak umur 6 bulan, ucapkan kata-kata yang mudah ditiru bayi (misal: ”mama”). Berikan mainan gambar-gambar yang lucu atau perhatikan binatang-binatang yang ada di sekitar (contohnya: kucing, ayam, dan yang lainnya).

Saat usia 9 bulan, beri biskuit untuk melatihnya memegang dan memasukkan ke dalam mulut. Kemudian beri berbagai mainan dan sering bermain cilukba.

Setelah umur 12 bulan, biasakan si kecil bermain dengan teman sebayanya dan berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitar. Aktivitas di luar rumah perlu diperkenalkan dengan suasana yang berbeda, misalnya di taman atau di rumah saudara.

Perlu Anda ketahui, cara ini tidak hanya mengajarkan bersosialisasi pada anak, tapi juga dapat mendeteksi kemungkinan terjadi penyimpangan perkembangan sosialisasi dari awal.

Biasanya hal ini terdapat pada pendirita autisme atau gangguan perilaku lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar